
Aksi pencabutan paku di pohon ini dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan STTIND Padang bersama Pati Hariyos Ketua Jambak Sea Turtle Camp atau inisiator dalam aksi ini. Kegiatan ini dilakukan di sepanjang jalan Prof.Hamka kota padang. Dari aksi tersebut terkumpul sebanyak 9 kilogram paku yang tertancap di pohon. Dalam satu pohon terdapat 60 paku yang dikeluarkan.Rata-rata yang mendominasi penancapan paku tersebut adalah poster calon legislatif (caleg). Latar belakang gerakan anti paku di pohon ini, berawal dari diskusinya bersama sejumlah mahasiswa Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang yang berpikir kalau pohon di kawasan Kota Padang, sudah dipenuhi berbagai macam iklan dan poster. Rata-rata ditempel menggunakan paku. Memaku pohon kelihatannya sepele tapi bisa membuat pohon jadi mati. Bahkan, sepanjang Jalan Hamka, mereka menemukan empat pohon mati, karena tertancap banyak paku. Secara fisik masih kokoh, tapi sudah menghitam. Takutnya sudah mengalami pelapukan secara alamiah. Kalau terjadi cuaca buruk, bisa roboh pohon itu.
Sekitar 20 orang yang turun dari lapangan melakukan aksi cabut paku tepat pada tanggal 24 Desember 2018 dimulai dari persimpangan rel kereta api PT Asia sampai BaskoMall, aksi dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00. Adapun kesulitan pada saat itu di daerah Tunggul hitam, tidak mempunyai alat yang cukup untuk memutuskan tali di sejumlah pohon di kawasan tersebut. Melihat talinya yang sudah sampai di atas pohon. Mereka berharap aksi cabut paku ini terus berkelanjutan dan bukan hanya dilakukan oleh kelompok atau organisasinya saja, namun imbauan kepada perguruan tinggi yang ada di Kota Padang untuk mencabut paku di pohon minimal mencabut paku di sekitar lingkungan mereka berada.
Kalau ukuran pakunya pendek mungkin dampaknya tak separah paku yang panjang, yang mampu menembus sampai ke diameter pohon. Bahkan saat saya mencabut paku tersebut, saya harus hati-hati takut semakin rusak jaringannya. Pas paku dicabut, keluar cairan merah dan getah. Mungkin itu diibaratkan darahnya, lantaran pohon tersebut luka,” jelasnya. Ia berharap semua lapisan masyarakat ikut serta dalam melakukan aksi ini, sehingga mampu meminimalisir kerusakan lingkungan.